AHLI fisika asal Uni Soviet, Andrei Dmitriyevich Sakharov, penemu bom
hidrogen pertama, menerima
hadiah Nobel Perdamaian atas perjuangannya
yang konsisten terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM.
Pemerintah Soviet melarang Sakharov menerima penghargaan itu. Tapi,
secara pribadi ia pergi ke Oslo, Norwegia, untuk menerima penghargaan
itu.
Lahir di Moskow, pada 1912, Sakharov belajar ilmu fisika di
Universitas Moskow. Pada Juni 1948, pemerintah Soviet merekrut dia masuk
program pembuatan senjata nuklir. Pada 1948, setelah berhasil
meledakkan untuk pertama kali bom atom mereka, Soviet bekerja sama
dengan Amerika untuk mengembangkan bom hidrogen.
Tapi, pada akhir 1952, Amerika sudah lebih dulu menemukan bom yang
lebih canggih. Tim Soviet pun akhirnya berhasil mengungguli kecanggihan
'superbom' Amerika. Meski telah memperoleh banyak tanda jasa atas
prestasinya, Sakharov mulai gelisah dengan dampak yang ditimbulkan dari
meledaknya bom hidrogen.
Pada 1957, perhatiannya mulai berubah drastis, terutama tentang
dampak dari bom hidrogen itu. Ia kemudian menulis artikel bahaya radiasi
rendah dan mengutuk uji coba nuklir. Sakharov meminta uji coba itu
dihentikan. Ia kemudian memilih menjadi pejuang HAM. Pada 1975, ia
menjadi orang pertama dari Soviet yang berhasil memperoleh Nobel
Perdamaian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar