Berikut penjelasan mengenai beberapa metode pembelajaran:
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran
yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar
dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam
kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam
posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan
masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan
kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang
penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa
efektif siswa terlibat dalam prosedur debat. Pada dasarnya, agar semua model
berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan
siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja
saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial
yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam
keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan
kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses
kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran
pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material
manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses
belajar.
2.
Metode Role Playing
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Kelebihan metode Role Playing:
·
Melibatkan seluruh siswa dapat
berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam
bekerjasama.
·
Siswa bebas mengambil keputusan
dan berekspresi secara utuh.
·
Permainan merupakan penemuan
yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
·
Guru dapat mengevaluasi
pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
·
Permainan merupakan pengalaman
belajar yang menyenangkan bagi anak.
3.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun
masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi
pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai
berikut:
·
Melatih siswa untuk mendesain
suatu penemuan.
·
Berpikir dan bertindak kreatif.
·
Memecahkan masalah yang
dihadapi secara realistis
·
Mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan.
·
Menafsirkan dan mengevaluasi
hasil pengamatan.
·
Merangsang perkembangan
kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
·
Dapat membuat pendidikan
sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
·
Beberapa pokok bahasan sangat
sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium
menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.
·
Memerlukan alokasi waktu yang
lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
4.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah
kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah pemebelajaran berdasarkan masalah:
1.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2.
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
4.
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi
tugas dengan temannya.
5.
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan.
Kelebihan:
·
Siswa dilibatkan pada kegiatan
belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
·
Dilatih untuk dapat bekerjasama
dengan siswa lain.
·
Dapat memperoleh dari berbagai
sumber.
Kekurangan:
·
Untuk siswa yang malas tujuan
dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
·
Membutuhkan banyak waktu dan
dana.
·
Tidak semua mata pelajaran
dapat diterapkan dengan metode ini
5.
Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1.
Guru membagi siswa untuk
berpasangan.
2.
Guru membagikan wacana / materi
tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3.
Guru dan siswa menetapkan siapa
yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar.
4.
Pembicara membacakan
ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.
Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di
atas.
6.
Kesimpulan guru.
7.
Penutup.
Kelebihan:
·
Melatih pendengaran, ketelitian
/ kecermatan.
·
Setiap siswa mendapat peran.
·
Melatih mengungkapkan kesalahan
orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
·
Hanya digunakan untuk mata
pelajaran tertentu
·
Hanya dilakukan dua orang
(tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang
tersebut).
6.
Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode
belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan
logis.
Langkah-langkah:
1.
Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai.
2.
Menyajikan materi sebagai pengantar.
3.
Guru menunjukkan /
memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
4.
Guru menunjuk / memanggil siswa
secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis.
5.
Guru menanyakan alas an / dasar
pemikiran urutan gambar tersebut.
6.
Dari alasan / urutan gambar
tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai.
7.
Kesimpulan / rangkuman.
Kelebihan :
·
Guru lebih mengetahui kemampuan
masing-masing siswa.
·
Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
·
Memakan banyak waktu.
·
Banyak siswa yang pasif.
7.
Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu
metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1.
Siswa dibagi dalam kelompok,
setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.
Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.
Kelompok mendiskusikan jawaban
yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4.
Guru memanggil salah satu nomor
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5.
Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.
Kesimpulan.
Kelebihan:
·
Setiap siswa menjadi siap
semua.
·
Dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh.
·
Siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
·
Kemungkinan nomor yang
dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
·
Tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru
8.
Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Metode investigasi kelompok sering
dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan
atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu.
Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam
terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah
metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a)
Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam
suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru.
Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang
berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6
orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun
kemampuan akademik.
b)
Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan
berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan
berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c)
Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah
dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas
dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk
menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.
Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan
bantuan jika diperlukan.
d)
Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis
berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e)
Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu
presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua
siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f)
Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi
mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok,
atau keduanya.
9.
Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru
membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.
Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang
terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab
terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab
terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang
terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar dan menjadi ahli dalam
subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya
kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke
kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan
informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik
lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.
Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara
keseluruhan.
10. Metode Team Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah
salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama
dalam TGT yaitu:
a)
Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b) Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa
yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras
atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game.
c)
Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat
skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
d) Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa
meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
e)
Team recognize (penghargaan
kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing
team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi
kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata
skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good
Team” apabila rata-ratanya 30-40
11. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen
kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1.
Membentuk kelompok yang
anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,
suku, dll.).
2.
Guru menyajikan pelajaran.
3.
Guru memberi tugas kepada
kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok.
4.
Anggota yang tahu menjelaskan
kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
5.
Guru memberi kuis / pertanyaan
kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
6.
Memberi evaluasi.
7.
Penutup.
Kelebihan:
·
Seluruh siswa menjadi lebih
siap.
·
Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
·
Anggota kelompok semua
mengalami kesulitan.
·
Membedakan siswa.
12. Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode
belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar
yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1.
Guru mempersiapkan
gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.
Guru menempelkan gambar di
papan atau ditayangkan lewat OHP.
3.
Guru memberi petunjuk dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
4.
Melalui diskusi kelompok
2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas.
5.
Tiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6.
Mulai dari komentar / hasil
diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan.
Kebaikan:
Siswa lebih
kritis dalam menganalisa gambar.
·
Siswa mengetahui aplikasi dari
materi berupa contoh gambar.
·
Siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
·
Tidak semua materi dapat
disajikan dalam bentuk gambar.
·
Memakan waktu yang lama.
13. Model Lesson Study
Lesson Study adalah suatu metode yang
dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu.
Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study
merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang
dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih
efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1.
Sejumlah guru bekerjasama dalam
suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
·
Perencanaan.
·
Praktek mengajar.
·
Observasi.
·
Refleksi/ kritikan terhadap
pembelajaran.
2.
Salah satu guru dalam kelompok
tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang
matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.
3.
Guru yang telah membuat rencana
pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap
praktek mengajar terlaksana.
4.
Guru-guru lain dalam kelompok
tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran
yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.
5.
Semua guru dalam kelompok
termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan
pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini
merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6.
Hasil pada (5) selanjutnya
diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke
(2).
Adapun kelebihan metode lesson study
sebagai berikut:
·
Dapat diterapkan di setiap
bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap
tingkatan kelas.
·
Dapat dilaksanakan antar/
lintas sekolah.
14. Metode Ceramah
Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang
dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah. Dalam
pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang umum
digunakan, diantaranya adalah :
a.
Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola
pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa
memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi
yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi
tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup
(pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka
(pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara
yang menarik.
b.
Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk
teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang
keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan
menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa
untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai
berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus
jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana
diskusi tanpa tekanan.
c.
Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau
penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk
setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses
pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok
siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh
siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau
oleh guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang
didapat.
d.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan
pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan
banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap produk
teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual
atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah
alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat
yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
e.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran
dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi,
benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari.
Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya,
model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan
baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan
untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan
berulang-ulang oleh siswa.
f.
Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan
oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa.
Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar,
metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat
dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan
pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan
menyelesaikan tugas-tugasnya
Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti
contoh berikut ini:
- Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu
2, jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan
secara umum tentang teori dan prinsip.
- Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok
untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar
kelompok.
- Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan
tugas-tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan
teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.
- Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan
tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir
sendiri.
Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada
siswa yang sedang mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.
Aplikasi dalam pembelajaran
Jika guru akan menyampaikan pengajaran kepada sejumlah
siswa yang besar (misalnya sekitar 75 orang atau lebih), maka metode ceramah lebih efisien dari pada
metode lain seperti diskusi, demonstrasi atau eksperimen. Sebab dengan diskusi,
guru harus mengatur siswa berkelompok dengan mengubah susunan kursi, sudah tentu
dibutuhkan kelas yang besar. Juga guru akan mengalami kesulitan dalam mengawasi
kelompok-kelompok yang berjumlah besar. Demikian pula untuk penyelenggaraan
demonstrasi atau eksperimen untuk jumlah besar, selain alat-alat yang tidak
mencukupi, pengelolaan pengajaran juga mengalami kesulitan.
Guru akan
menyimpulkan pokok-pokok penting yang telah diajarkan, sehingga memungkinkan
siswa untuk melihat lebih jelas hubungan antara pokok yang satu dengan lainnya.
Misalnya, setelah guru selesai mengajarkan sejarah perjuangan bangsa, kepada
para siswa ia memberi tugas untuk menjawab beberapa pertanyaan yang dikerjakan
dirumah. Kemudian pada pelajaran berikutnya, guru membicarakan bersama tugas
yang telah dikerjakan siswa, dan guru menyimpulkan garis besar sejarah
tersebut.
15. Metode Diskusi
Metode ini bertujuan untuk tukar
menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga
dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai
kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan
peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil
diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah
pendapat, diskusi kelompok,permainan, dan lain-lain.
Kelebihan :
Berikut ini adalah kelebihan yang
dimiliki metode diskusi:
·
Mendidik siswa untuk belajar
mengemukakan pikiran atau pendapat.
·
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sumber data.
·
Memberi kesempatan kepada siswa
untuk menghayati pembaharuan suatu problem bersama-sama.
·
Melatih siswa untuk berdiskusi
di bawah asuhan guru.
·
Merangsang siswa untuk ikut
mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
·
Membina suatu perasaan tanggung
jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah
diambil.
·
Mengembangkan rasa
solidaritas/toleransi.
·
Menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
·
Dengan mendengarkan semua
keterangan yang dikemukakan oleh pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa
mengenai suatu problem akan bertambah luas.
Kelemahan metode
diskusi
Berikut ini adalah kelemahan yang
dimiliki metode diskusi:
·
Tidak semua topik dapat
dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang
dapat didiskusikan.
·
Diskusi yang mendalam
memerlukan banyak waktu.
·
Sulit untuk menentukan batas
luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
·
Biasanya tidak semua siswa
berani menyatakan pendapat sehingga waktu akan terbuang karena menunggu siswa
mengemukakan pendapat.
·
Pembicaraan dalam diskusi
mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah biasa berbicara. Siswa
pemalu dan pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
·
Memungkinkan timbulnya rasa
permusuhan antarkelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan
serba tahu daripada kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai
saingan, lebih rendah, remeh atau lebih bodoh.
Aplikasi dalam Pembelajaran
Metode diskusi adalah cara
pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar
gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi
keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang,
siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat
orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar
bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
16. Independent Study
Independent Study, Istilah ini
diperkenalkan oleh Charles Wedemeyer dari Universitas Wiscounsin sebagai
istilah umum untuk jenis-jenis pendidikan yang di Amerika Serikat biasa disebut
sebagai “belajar melalui korespondensi, pendidikan terbuka, pengajaran melalui
radio dan TV, atau belajar mandiri.” Sedangkan di Eropa jenis-jenis yang
disebutkan tadi digolongkan ke dalam Belajar Terbuka/Jarak Jauh.
Istilah Independent Study ini seringkali dipakai
sebagai ganti istilah Belajar Terbuka/Jarak Jauh di Amerika Serikat. Kelemahan
istilah ini kadang-kadang ditafsirkan sebagai ketidakterikatan pada lembaga
pendidikan, Padahal Belajar Terbuka/Jarak Jauh itu selalu terikat dan dikelola
oleh suatu lembaga pendidikan. Di Amerika Serikat sendiri orang seringkali
ragu-ragu untuk menggunakan istilah ini sebab istilah tersebut sudah sering
dipakai sebagai pengganti istilah belajar secara individual. Memang proses
belajar dalam sistem PT/JJ seringkali dilakukan secara individual, tetapi tidak
semua belajar secara individual adalah pendidikan jarak jauh. Pada sistem
belajar konvensional kadang kala siswa diminta belajar secara individual.
Tujuan dan hasil yang ingin dicapai ditentukan melalui kontrak yang disepakati
oleh guru dan
siswa secara individual.
Kelebihan
·
Memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas
kesuksesan belajar masing-masing.
·
Banyak biaya yang bisa dihemat dari cara pembelajaran dengan
e-learning.
·
Siswa atau peserta didik
mempunyai keleluasaan dalam memilih tempat belajar.
·
Siswa atau peserta didik dapat
menentukan sendiri waktu belajarnya, sesuai dengan kemauan dan waktu yang
dimilikinya.
·
Siswa atau peserta didik dapat
menentukan sendiri cara belajar yang sesuai untuk dirinya.
·
Siswa atau peserta didik
mempunyai keleluasaan dalam menentukan kecepatan belajarnya. Lama waktu untuk
mempelajari sesuatu penggalan isi pelajaran (learning chunk) ditentukan
oleh siswa sendiri.
Kelemahan
·
Kontrol dari
guru kurang sehingga siswa belajar sesuai kehendaknya sendiri.
·
Jika siswa
mengalami kesulitan, tidak bisa secara langsung berkonsultasi dengan guru
ataupun teman.
·
Kualitas ilmu
yang didapatkan kurang maksimal, karena siswa belajar dengan kontrol dirinya
sendiri.
17. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan pada pengajaran
manipulatif dan keterampilan, pengembangan pengertian, untuk menunjukkan
bagaimana melakukan praktik-praktik baru dan memperbaiki cara melakukan
sesuatu.
Jenis Demonstrasi (Nursidik, 2002)
a.
Metode Demonstrasi Cara:
Demonstrasi cara menunjukkan bagaimana melakukan
sesuatu. Hal ini termasuk bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan yang
sedang dikerjakan, memperlihatkan apa yang dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya, serta menjelaskan setiap langkah pengerjaannya. Biasanya dapat
diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat dan tidak memerlukan banyak biaya.
b.
Metode Demonstrasi Hasil:
Demonstrasi hasil dimakduskan untuk menunjukan hasil
dari beberapa praktik dengan menggunakan bukti-bukti yang dapat dilihat,
didengar, dan dirasakan.
Kelebihan:
·
Demonstrasi menarik dan menahan
perhatian
·
Demonstrasi menghadirkan subjek
dengan cara mudah dipahami
·
Demonstrasi menyajikan hal-hal
yang meragukan apakah dapat atau tidak dapat dikerjakan.
·
Metode demonstrasi adalah
objektif dan
nyata.
·
Metode demonstrasi menunjukkan
pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh.
·
Demonstrasi mempercepat
penyerapan langsung dari sumbernya.
·
Dapat membantu mengembangkan
kepemimpinan lokal
·
Dapat memberikan bukti bagi
praktik yang dianjurkan.
·
Melihat sebelum melakukan.
Manfaat bagi siswa dengan melihat sesuatu yang dilakukan sebelum mereka harus
melakukannya sendiri
Kelemahan
·
Demonstrasi yang baik tidak mudah
dilaksanakan. Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan
demonstrasi yang baik.
·
Metode demonstrasi terbatas
hanya untuk jenis pengajaran tertentu.
·
Demonstrasi hasil memerlukan waktu yang banyak dan
agak mahal.
·
Memerlukan banyak persiapan
awal.
·
Dapat dipengaruhi oleh cuaca.
·
Dapat mengurangi kepercayaan
jika tidak berhasil
·
Tidak mengalami langsung.
Sebuah demonstrasi bukan merupakan pengalaman langsung bagi siswa kecuali
mereka mengikuti dari awal, sebagai guru adalah menunjukkan langkah atau
keterampilan.
Aplikasi
dalam Pembelajaran:
Sebagai seorang guru sebaiknya menggunakan teknologi dan
media untuk membantu demonstrasi di kelas. Misalnya, menyiapkan video dari
demonstrasi di depan kelas, menunjukkan ke seluruh kelas dan berbicara dengan
siswa tentang apa yang mereka lihat. Hal ini berguna untuk melakukan
demonstrasi sehingga guru tidak perlu melakukan demonstrasi dan panduan
pengamatan mereka pada waktu yang sama. Hal ini sangat efektif dengan prosedur
yang kompleks. Juga, guru dapat menggunakan objek aktual untuk demonstrasi;
hanya memastikan bahwa setiap orang akan memiliki pandangan yang benar mengenai
apa yang ditayangkan.
Demonstrasi dapat digunakan pada seluruh kelas, kelompok
kecil, atau individu yang membutuhkan sedikit tambahan penjelasan tentang
bagaimana melakukan suatu tugas.
Siswa dapat memberikan demonstrasi kepada kelas mereka
pada keterampilan atau prosedur baru yang telah mereka pelajari. Sebagai contoh,
seorang siswa yang sudah tahu cara untuk memindahkan foto dari kamera digital
ke komputer dapat meminta untuk menunjukkan teman-temannya atau kepada seluruh
kelas. Menggunakan peralatan yang tersedia dalam laboratorium kimia antarsiswa
dapat menampilkan kepada seluruh kelas mengenai prosedur tertentu yang mereka
gunakan dalam menyelesaikan tugas.
Demonstrasi dalam kerucut Dale berada pada urutan ke-4
setelah dramatisasi, pengalaman buatan, dan pengalaman langsung. Metode ini
memberikan porsi waktu 70% milik pengajar/ guru dan 30% milik siswa.
18. Metode Eksperimen (Percobaan)
Metode
eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Metode eksperimen
merupakan suatu metode mengajar yang menggunakan alat dan tempat tertentu
dan dilakukan lebih dari satu kali. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan
menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya
dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara
berfikir yang ilmiah.
Sama halnya dengan metode-metode
lainnya, metode ini juga memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Kelebihan dan kelemahan tersebut menurut Martiningsih (2007) dalam blognya
yakni sebagai berikut.
Kelebihan
·
Metode ini dapat membuat anak
didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
·
Memotivasi
peserta didik untuk mengeksplorasi (menjelajahi)
tentang ilmu dan teknologi.
·
Dapat membina
manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru
dengan penemuan sebagai hasil percobaan.
Kelemahan
·
Tidak cukupnya alat-alat
mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
·
Memerlukan jangka waktu yang lama.
·
Metode ini lebih sesuai untuk
menyajikan bidang-bidang ilmu sains dan teknologi
Aplikasi
dalam Pembelajaran
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) dalam kutipan blog Martiningsih (2007) adalah:
·
Perlu dijelaskan kepada siswa
tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan
melalui eksprimen.
·
Memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan
yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan
ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
·
Selama eksperimen berlangsung
guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan
yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
·
Setelah eksperimen selesai guru
harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan
mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
·
Dalam metode eksperimen, guru
dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa
mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil
belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam
dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa
diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang
·
Inovatif dan kreatif.
19. Metode Resitasi
(Recitation Method)
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana
siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut:
·
Pengetahuan yang anak didik
peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
·
Anak didik berkesempatan
memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan
berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut:
·
Terkadang anak didik melakukan
penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
·
Terkadang tugas dikerjakan oleh
orang lain tanpa pengawasan.
·
Sukar memberikan tugas yang
memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
20. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang
dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan
dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut:
·
Karyawisata menerapkan prinsip
pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
·
Membuat bahan yang dipelajari
di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di
masyarakat.
·
Pengajaran dapat lebih
merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
·
Memerlukan persiapan yang
melibatkan banyak pihak.
·
Memerlukan perencanaan dengan
persiapan yang matang.
·
Dalam karyawisata sering unsur
rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya
terabaikan.
·
Memerlukan pengawasan yang
lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
·
Biayanya cukup mahal.
·
Memerlukan tanggung jawab guru
dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama
karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain.
Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk
belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu
dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu
bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini
digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya
wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang
dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat
bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan
yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa
melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya
dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa
mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka
pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Persiapan, dimana guru perlu
menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik,
menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala
sesuatunya, penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan
sarana, pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan,
2.
Pelaksanaan karya wisata,
dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya,
memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas
pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya,
serta memberi petunjuk bila perlu,
3.
Akhir karya wisata, pada waktu
itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun
laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil
kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram,
serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan
memiliki keunggulan sebagai berikut:
·
Siswa dapat berpartisispasi
dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya
wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal
mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat
mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka,
·
Siswa dapat melihat berbagai
kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati
secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka,
·
dalam kesempatan ini siswa
dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan
segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti
kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek,
·
Dengan obyek yang ditinjau itu
siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang
terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada
keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini
dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata
biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat
jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti
memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang
daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana
pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh
siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu
memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut,
perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal
yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya
wisata (field-trip) memiliki keuntungan:
·
Memberikan informasi teknis,
kepada peserta secara langsung,
·
Memberikan kesempatan untuk
melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya,
·
Memberikan kesempatan untuk
lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil,
·
membei kesempatan kepada
peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi
mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut
Suhardjono (2004:85) adalah:
·
Memakan waktu bila lokasi yang
dikunjungi jauh dari pusat latihan,
·
Kadang-kadang sulit untuk
mendapat ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi,
·
Biaya transportasi dan
akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar
siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek
yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya
wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke
suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang
dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour,
dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang
dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
·
Karya wisata memiliki prinsip
pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran,
·
Membuat apa yang dipelajari di
sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat,
·
Pengajaran serupa ini dapat
lebih merangsang kreativitas siswa,
·
Informasi sebagai bahan
pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah:
·
Fasilitas yang diperlukan dan
biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah,
·
Sangat memerlukan persiapan dan
perencanaan yang matang,
·
memerlukan koordinasi dengan
guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan
kegiatan selama karya wisata,
·
dalam karya wisata sering
unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure
studinya menjadi terabaikan,
·
Sulit mengatur siswa yang
banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang
menjadi permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata
menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang
dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama
pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan
umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan
wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan
dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan
menurut Mulyasa (2005:112) adalah:
·
Menentukan sumber-sumber
masyarakat sebagai sumber belajar mengajar,
·
Mengamati kesesuaian sumber
belajar dengan tujuan dan program sekolah,
·
Menganalisis sumber belajar
berdasarkan nilai-nilai paedagogis,
·
Menghubungkan sumber belajar
dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan
sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan,
·
membuat dan mengembangkan
program karya wisata secara logis, dan sistematis,
·
Melaksanakan karya wisata
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif.
·
Menganalisis apakah tujuan
karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan
perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan terima kasih kepada mereka
yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan catatan untuk bahan karya
wisata yang akan datang.
21. Metode Latihan Keterampilan
( Drill Method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu
metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk
melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk
apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat
tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan
sebagai berikut:
·
Dapat untuk memperoleh
kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan
alat-alat.
·
Dapat untuk memperoleh
kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian,
tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
·
Dapat membentuk kebiasaan dan
menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan
sebagai berikut:
·
Menghambat bakat dan inisiatif
anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan
diarahkan kepada jauh dari pengertian.
·
Menimbulkan penyesuaian secara
statis kepada lingkungan.
·
Kadang-kadang latihan tyang
dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah
membosankan.
·
Dapat menimbulkan verbalisme.
22. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring
peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa ,
2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta
didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain
pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan
kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan,
memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban
memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang
telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini
melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik
memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,
analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan
keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik
kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang
didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk
menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah:
a.
Guru memberikan penjelasan,
instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan.
b.
Memberikan tugas kepada peserta
didik untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses
pembelajaran yang dialami siswa.
c.
Guru memberikan penjelasan
terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik.
d.
Resitasi untuk menanamkan
fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
e.
Siswa merangkum dalam bentuk
rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa,
2005:236).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan
suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas,
dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang
harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya
di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan,
kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang
pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan
kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan,
hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa
terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan
masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam
kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat,
menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental
yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik
kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang
disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa
sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu :
o
Dapat membentuk dan
mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang
konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
o
Membantu dalam menggunakan
ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
o
Mendorong siswa untuk berfikir
dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
o
Mendorong siswa untuk berpikir
intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
o
Memberi kepuasan yang bersifat
intrinsik.
o
Situasi pembelajaran lebih
menggairahkan.
o
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan
individu.
o
Memberi kebebasan siswa untuk
belajar sendiri.
o
Menghindarkan diri dari cara
belajar tradisional.
o
Dapat memberikan waktu kepada
siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
0 komentar:
Posting Komentar