2.2
KELAHIRAN BINTANG
Berdasarkan
hasil pengamatan, luar angkasa diantara bintang-bintang ternyata tidak
benar-benar kosong, namun terdapat materi berupa gas dan debu yang disebut
materi antar bintang. Di beberapa tempat materi antar bintang dapat dilihat
sebagai awan antar bintang yang disebut Nebula, contohnya Nebula Orion.
Kerapatan awan bintang sangatlah kecil bila dibandingkan dengan udara di
sekeliling kita. Walaupun demikian, awan bintang memiliki volume yang sangat
besar, sehingga cukup banyak untuk membentuk ribuan bintang.
Lalu
bagaimana awan antar bintang (Nebula) itu bisa membentuk bintang? Gaya
gravitasi memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang.
Jika terjadi suatu peristiwa hebat, misalnya ledakan bintang, di suatu tempat
sekelompok materi antar bintang akan menjadi lebih mampat daripada sekitarnya.
Bagian luar awan ini akan tertarik oleh gaya gravitasi materi di bagian dalam.
Akibatnya, awan akan mengerut dan semakin mampat. Peristiwa ini disebut
kondensasi.
Tetapi,
tidak semua awan yang berkondensasi itu akan menjadi bintang. Akibat kondensasi
tekanan di dalam awan akan meningkat dan akan melawan pengerutan. Bila tekanan
melebihi gaya gravitasi, awan akan tercerai kembali dan proses terbentuknya
bintang tidak akan terjadi.
Pada setiap kondensasi kerapatan gas
dalam awan bertambah besar. Riwayat gumpalan awan induk akan terjadi lagi di
dalam gumpalan awan yang lebih kecil. Demikian seterusnya. Peristiwa ini
disebut fragmentasi. Awan yang tadinya satu terpecah menjadi ratusan bahkan
ribuan awan yang mengalami pengerutan gravitasi. Pada akhirnya, suhu menjadi
cukup tinggi sehingga awan-awan tersebut akan memijar dan menjadi ‘embrio’
bintang yang disebut protostar. Jadi, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri
namun berasal dari suatu kondensasi besar, bintang terbentuk dalam kelompok.
Hal ini didukung oleh pengamatan. Dalam galaksi kita pun terdapat banyak gugus
bintang.
2.3 PROTOSTAR
Suatu
protostar yang telah mengakhiri proses fragmentasinya akan terus mengerut
akibat gravitasinya sendiri. Materi dalam protostar sebagian besar adalah
hidrogen dengan kerapatan seragam pada awalnya. Evolusi protostar ditandai
dengan keruntuhan yang sangat cepat.
Laju
evolusi pada tahap ini, temperatur di pusat bintang cukup tinggi untuk
berlangsungnya pembakaran hidrogen. Pada saat itu tekanan di dalam bintang
menjadi besar dan pengerutan pun berhenti. Ia menjadi bintang di deret utama.
Namun bila massa bintang terlalu kecil, suhu di pusat bintang tidak akan cukup
tinggi untuk berlangsungnya reaksi pembakaran hidrogen. Bintang akhirnya
mendingin dan menjadi bintang katai gelap tanpa adanya reaksi yang berarti.
2.4 EVOLUSI LANJUT
Selanjutnya
bintang mencapai deret utama berumur nol (zero age main-sequence, ZAMS).
Komposisi bintang tersebut masih homogen, mencerminkan komposisi awan antar
bintang yang membentuknya. Energi yang dipancarkan bintang terutama berasal
dari reaksi inti yang berlangsung di pusat bintang. Yaitu reaksi fusi yang
merubah hidrogen menjadi helium, dengan perlahan terjadi perubahan komposisi di
pusat bintang, hidrogen berkurang dan helium bertambah. Akibatnya struktur
bintang pun berubah, bintang makin terang, jari-jari bertambah besar, tempertur
efektif berkurang.
Ada
perbedaan proses evolusi bintang tergantung dari massa bintang tersebut. Pada
bintang bermassa besar, terjadi reaksi daur karbon yang terkonsentrasi ke
pusat, disebut pusat konveksi. Pada bintang tipe ini, di bagian selubungnya
tidak terjadi reaksi inti. Karena itu, komposisi selubung masih sama dengan
komposisi awal. Lain halnya dengan bintang bermassa rendah yang membangkitkan
energinya tidak terkonsentrasi di pusat. Konveksi justru terjadi di selubung.
Akibat
reaksi pembakaran hidrogen, jumlah helium di pusat bintang bertambah. Timbunan
helium di pusat bintang itu mengakibatkan terjadinya pengerutan gravitasi
secara perlahan. Bila massa pusat helium ini mencapai 10 % hingga 20% massa bintang,
pusat helium tidak lagi mengerut dengan perlahan namun runtuh dengan cepat.
Saat itu struktur bintang berubah, bagian luar bintang akan memuai dengan
cepat, bintang berubah menjado bintang raksasa merah. Saat itu, bintang
mempunyai 2 sumber energi yaitu pembakaran hidrogen di kulit yang melingkupi
pusat helium, dan pembakaran helium di pusat bintang.
Evolusi tahap akhir suatu bintang masih belum pasti. Namun dari beberapa perhitungan didapat bahwa unsur kimia yang lebih berat dari karbon terbentuk di pusat bintang. Inti helium, berubah menjadi karbon, selanjutnya membentuk oksigen. Hal ini menyebabkan temperatur pusat meningkat, dan saat mencapai 600 derajat, inti karbon akan berinteraksi membentuk magnesium, neon, dan natrium. Demikian seterusnya akan terjadi pembakaran unsur kimia dalam bintang. Hingga akhirnya akan terbentuk inti besi. Besi merupakan inti yang paling mantap dan tidak akan bereaksi membentuk inti yang lebih berat. Selanjutnya, akan terjadi keruntuhan gravitasi pusat besi yang menyebabkan Supernova.
Evolusi tahap akhir suatu bintang masih belum pasti. Namun dari beberapa perhitungan didapat bahwa unsur kimia yang lebih berat dari karbon terbentuk di pusat bintang. Inti helium, berubah menjadi karbon, selanjutnya membentuk oksigen. Hal ini menyebabkan temperatur pusat meningkat, dan saat mencapai 600 derajat, inti karbon akan berinteraksi membentuk magnesium, neon, dan natrium. Demikian seterusnya akan terjadi pembakaran unsur kimia dalam bintang. Hingga akhirnya akan terbentuk inti besi. Besi merupakan inti yang paling mantap dan tidak akan bereaksi membentuk inti yang lebih berat. Selanjutnya, akan terjadi keruntuhan gravitasi pusat besi yang menyebabkan Supernova.
2.5 SUPERNOVA
Tidak
semua bintang mengakhiri hidupnya dengan meledak menjadi Supernova, yaitu hanya
terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih pasif dari
Matahari. Nah, supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi
memiliki cukup bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang. Menciptakan
tekanan keluar sehingga memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa
bintang yang besar.
Saat
ledakan terjadi, bintang akan melepaskan sejumlah besar energi dan memuntahkan
elemen berat seperti kalsium dan besi ke ruang antar bintang. Materi yang
dilepaskan ini kemudian menjadi benih yang mengisi awan debu dan gas dimana
bintang dan planet baru akan dilahirkan. Dan siklus terbentuknya bintang
dimulai dari awal.
2.6 SISA KEMATIAN
BINTANG
Materi
yang dilepaskan bintang pada saat terjadinya Supernova akan menjadi benih
bintang baru. Lalu bagaimana nasib bintang yang mati? Untuk bintang bermassa
sedang, ia akan berubah menjadi bintang katai putih. Untuk bintang bermassa
besar yang setelah meledak massanya 1.4 – 3 kali massa Matahari akan berubah
menjadi bintang neutron. Sedangkan yang lebih besar dari 3 kali massa Matahari
akan berubah menjadi black hole.
2.7 KEMBALI KE ASAL
Sepintas
supernova merupakan tahap akhir dari kehidupan sebuah bintang. Namun, kita
tidak boleh lupa bahwa bintang-bintang dan planet pengiringnya juga dilahirkan
dari keruntuhan gravitasional awan gas dan debu antar bintang. Dengan demikian,
supernova selain merupakan akhir dari riwayat sebuah bintang, di sisi lain juga
merupakan pemicu tahapan evolusi bintang yang melahirkan bintang-bintang baru.
Banyak
dari elemen-elemen berat yang dihasilkan selama hidup sebuah bintang atau
setelah meledak menjadi sebuah supernova tersebar di ruang antar bintang.
Sebagian dari "debu bintang" ini bergabung dengan gas yang runtuh dan
membentuk bintang lain di suatu tempat. Miliaran tahun kemudian, generasi
bintang-bintang berikutnya pun terlahir.
0 komentar:
Posting Komentar